Kulit: Sistem Ekskresi pada Manusia - Alat-alat ekskresi
atau pengeluaran yang terdapat pada manusia dan hewan vertebrata pada umumnya
terdiri dari ginjal, kulit, paru-paru, hati, dan anus. Melalui alat-alat
tersebut, zat-zat sisa hasil metabolisme yang tidak dimanfaatkan lagi di dalam
tubuh akan dikeluarkan. Setiap organ atau alat pengeluaran tersebut memiliki
fungsi tersendiri. Jenisjenis zat sisa yang dikeluarkan akan disesuaikan dengan
alat pengeluaran yang digunakan untuk mengeluarkannya. Kulit merupakan organ
terluar tubuh yang memiliki struktur yang cukup kompleks dan memiliki berbagai
fungsi yang vital. Kulit mempunyai peranan untuk memelihara suhu tubuh, dan
melindungi jaringan yang ada di bawahnya dari gangguan fisik berupa gesekan,
penyinaran, panas, kuman, dan zat kimia.
Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi
dengan cara mengeluarkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan oleh
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya aktivitas tubuh, suhu
lingkungan, makanan, keadaan emosi, dan keadaan kesehatan. Kulit terdiri dari
dua lapisan, yaitu lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam (dermis).
a.Epidermis
Epidermis adalah bagian luar kulit yang agak tipis berupa
jaringan epitel. Epidermis dikenal juga dengan nama kulit ari yang terdiri dari
beberapa lapisan.
- Stratum korneum. Stratum korneum atau disebut juga lapisan zat tanduk merupakan lapisan sel mati yang selalu mengelupas dan tersusun atas berlapis-lapis jaringan sel pipih. Stratum korneum berfungsi untuk melindungi sel-sel dan mencegah masuknya bibit penyakit.
- Stratum lusidum. Stratum lusidum merupakan lapisan sel mati yang jernih dan tidak berinti. Lapisan ini berfungsi untuk mengganti sel-sel yang terdapat pada lapisan stratum korneum dan hanya ditemukan pada kulit tebal, seperti kulit telapak tangan.
- Stratum granulosum. Stratum granulosum merupakan lapisan yang disusun oleh sel-sel pipih berisi granula berwarna gelap mengandung keratohialin. Lapisan ini memiliki fungsi yang sama dengan stratum lusidium, yaitu mengganti sel-sel yang terdapat pada lapisan stratum korneum.
- Stratum spinosum. Stratum spinosum merupakan lapisan sel-sel bentuknya polihedral dan tersusun rapat, serta permukaannya menampakkan bentukan seperti duri.
- Stratum germinativum. Stratum germinativum merupakan lapisan yang tersusun atas selapis sel kubus. Lapisan ini aktif melakukan pembelahan dan berfungsi membentuk lapisan sel baru.
b. Dermis
Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis dan
terdiri atas jaringan ikat yang mengandung serat-serat elastis dan kolagen.
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat (glandula sundorifera), serta kelenjar minyak (glandula sebassea) yang
letaknya dekat akar rambut.
Kelenjar keringat berfungsi untuk mengeluarkan keringat yang
mengandung zat sisa metabolisme. Kelenjar ini berbentuk seperti pipa terpilin
yang memanjang. Pangkal kelenjar ini berhubungan dengan kapiler darah serta
serabut saraf simpatik. Dari kapiler darah tersebut, kelenjar keringat akan
menyerap air dengan larutan garam dan sedikit urea.
Pengaturan kerja kelenjar keringat berada di bawah pengaruh
pusat pengaturan suhu badan (hipotalamus) dan enzim brandikinin yang kerjanya
dirangsang oleh perubahan suhu tubuh. Pada orang yang memiliki aktivitas yang
cukup tinggi dalam kesehariannya, pengeluaran keringat akan lebih banyak dari
kondisi normal sehingga air dan garam banyak yang terbuang. Hal ini akan
mengakibatkan orang tersebut mengalami dehidrasi.
Pada saat lingkungan sedang panas kelenjar keringat aktif
dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya kapiler menyebabkan
merembesnya air dan sisa metabolisme menjadi keringat. Aktifnya kelenjar
keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan menyebabkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita
tidak merasakan panas lagi.
Berkeringat merupakan cara kulit menjaga keseimbangan suhu
tubuh dengan lingkungannya. Ketika cuaca sedang buruk atau suhu lingkungan
dingin, kelenjar keringat menghentikan aktivitasnya, kemudian kapiler darah di
kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak dapat membuang air dan sisa
metabolisme. Dengan demikian, suhu tubuh tetap seperti semula, dan tidak
berkurang suhunya. Penguapan sangat jarang terjadi agar tubuh tidak kedinginan.[ab]